Inspirasi

Sabtu, 12 September 2009

MENGENAL MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

Oleh : Khairul Huda, S.Pd

Proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, serta penerapan konsep diri.

Keberhasilan proses pembelajaran tercermin dalam peningkatan prestasi. Untuk mencapai prestasi, dibutuhkan peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berperan sebagai input sekaligus sebagai output, serta guru sebagai fasilitator.

Dalam kegiatan belajar mengajar Pengetahuan Sosial diperlukan diskusi atau kerja kelompok untuk dapat memecahkan masalah. Dengan diskusi, siswa dapat bekerjasama dalam satu kelompok, selanjutnya diharapkan terjalin hubungan yang baik dalam kegiatan belajar, yaitu adanya rasa saling membantu dengan sesama anggota.

Pengertian Pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa dapat berubah ke arah yang lebih baik. Untuk itu dalam pembelajaran guru harus piawai memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan materi pelajaran yang ada.

Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dapat tercapai.

Udin Saripuddin Winataputra dalam Abbas (2000:10) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Prinsip pembelajaran harus mengacu pada pencapaian ranah tujuan. Ranah tujuan sendiri dibedakan atas ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran ranah tertentu, diperlukan prinsip pembelajaran yang tidak sama, terutama prinsip yang mengatur prosedur dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran Kooperatif

Anita Lie (2005:19) mengatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif siswa diarahkan untuk bisa bekerjasama, mengembangkan diri dan bertanggungjawab secara individu, sedangkan Nurhadi (2004:12), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan belajar.

Selanjutnya, pengertian pembelajaran kooperatif menurut Saptono (2003:32), adalah merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil.

Siswa diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok, seperti menjelaskan kepada teman sekelompok, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri khusus dalam pelaksanaannya, yaitu: (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar; (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (c) bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda; (d) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tujuan dalam pembelajaran Kooperatif diarahkan pada hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-unsur yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut menurut Abdurahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2003:60), adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan, sedangkan unsur-unsur model pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2005:31) meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran yang menuntut adanya heterogenitas dalam setiap kegiatan kelompok, yaitu Team Assisted Individualization (TAI) yang dikembangkan bersama-sama antara Slavin, Leavy, dan Madden di Universitas John Hopkins.

Selain memprioritaskan kegiatan kooperatif, TAI juga mengetengahkan belajar individu sebagai prioritas kegiatan pembelajaran, atau dengan kata lain model pembelajaran ini mencoba menggabungkan antara belajar kooperatif dengan belajar individu.

Kegiatan belajar dengan model ini dimulai dengan guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Biasanya antara 4 – 5 siswa di setiap kelompoknya. Masing-masing siswa memperoleh bahan ajar yang berbeda-beda disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Langkah selanjutnya adalah siswa diminta mengerjakan beberapa soal. Tentu saja dengan kualitas yang berbeda pula, sesuai dengan kemampuan siswa. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil kerja siswa dalam kelompok dikumpulkan menjadi satu dan dikoreksi silang dengan kelompok lain.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah siswa berkemampuan tinggi harus dikoreksi oleh siswa berkemampuan tinggi juga, demikian sebaliknya. Jika hasil yang diperoleh memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, maka siswa tersebut berhak mengikuti tes akhir. Bagi siswa yang belum memenuhi standar, diberikan beberapa soal lagi yang tentu saja harus setara dengan soal sebelumnya sampai akhirnya memperoleh nilai yang diinginkan (http:/nizland.wordpress.com/2007/11/24/team-assisted-individulization-tai).

Menurut Amin Suyitno (2006:9), model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (terdiri dari 4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukanya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara karena dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilanya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen di dalam pelaksanaannya (Amin Suyitno, 2006:10), yaitu: (1) teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4-5 siswa, (2) placement test, yaitu pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, (3) student creative, yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya, (4) team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, (5) team score and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaiakan tugas, (6) teaching group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, (7) fact test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, dan (8) whole class units yaitu pengulangan pemberian materi/pendalaman soal oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Karakteristik Model pembelajaran Team Assisted Indiviadualization (TAI) adalah adanya kerja sama antaranggota dalam satu kelompok.

Langkah-langkah TAI

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI lebih rinci terurai sebagai berikut :

1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada siswa.

2. Guru menjelaskan kepada siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok.

3. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Bila terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki siswa

4. Guru memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Pre-tes bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.

5. Guru menjelaskan materi baru secara singkat

6. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok

7. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Siswa mengerjakan tugas dari guru.

8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya serta hambatan yang dialami anggota kelompok. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual

9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar, dan siap untuk diberi ulangan. Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada).

10. Pada saat memberikan tes, tindakan ini merupakan facts test.

11. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah

12. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan (Amin Suyitno, 2006:10-11).

Dengan model pembelajaran TAI diharapkan siswa dapat meningkat pikiran kritisnya, kreatif, dan tumbuh rasa sosial yang tinggi. Siswa juga diajari bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok, diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain dan sebagainya. Sehingga siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Setelah membaca tulisan ini, disarankan kepada rekan guru agar mencoba menggunakan model pembelajaran TAI sebagai bentuk variasi pembelajaran untuk memberikan warna baru yang menyegarkan. Selamat mencoba.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno. 2006. Pemilihan Model-model pembelajaran dan Penerapannya di sekolah. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Anita Lie. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas Dirjen Dikdasmen. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial Buku 1. Jakarta: Direktorat PLP

Nurhadi. 2003. Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar