PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan tahap akhir
dari siklus manusia dan merupakan proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan
dan akan dialami oleh setiap individu.
Pada tahap ini individu mengalami
banyak perubahan fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Berkurangnya ketajaman pancaindra
serta mundurnya daya tahan tubuh merupakan ancaman dari integritas orang usia
lanjut. Semua itu menuntut hal beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi secara baik (Darmojo,2000).
Kelemahan karena lanjut usia sering
dapat disamakan dengan tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Dalam ilmu
Gerontologi ada ungkapan yang berbunyi “Bukannya seseorang tidak mau bergerak
karena tua, tetapi seseorang menjadi tua karena tidak mau bergerak”(Sadoso,
1994:558).
UU NO 23 tentang kesehatan pasal 19
mencantumkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kemampuanya agar tetap produktif. Secara alami para
usia lanjut mengalami kemunduran-kemunduran baik fisik, biologic, mental maupun
sosialnya dan perjalanan penyakit para usia lanjutpun mempunyai cirri
tersendiri, yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh(Depkes RI,
1997:1).
Hasil survey Pembuatan Norma
Kesegaran Jasmani pada usia lanjut oleh Depkes RI tahun 2002, sekitar 85%
lansia masih memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada
komponen daya tahan kardio respirasi dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah
dengan melakukan latihan fisik/olahraga. Oleh karena itu dipandang perlu
memberikan petunjuk melakukan latihan fisik yang baik dan benar, agar para usia
lanjut masih dapat berdaya guna, berhasil guna, mandiri, tidak menjadi beban
keluarga, masyarakat dan Negara(Depkes RI,2007:1).
Dampak positif dari pembangunan di
bidang kesehatan dapat terlihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk
yaitu 46,6 tahun di tahun 1971 menjadi 67,5 tahun di tahun 1999. Temuan
BPS(1998) di Indonesia penduduk lanjut usia atau populasi masyarakat berumur 60
tahun ke atas pada tahun 1971 terdapat 4,5% dari seluruh jumlah penduduk (5,3
juta jiwa), di tahun 1980 terdapat 5,5% dari seluruh jumlah penduduk (8,0 juta
jiwa) dan di tahun 1990 terdapat 6,4% dari seluruh jumlah penduduk (11,3 juta
jiwa)(Dep.Sosial RI 1997).
Jumlah lansia di Puskesmas Tulakan
Kabupaten Pacitan tahun 2010 sejumlah 5.885 orang dan yang dibina ada 1.371
orang, sedangkan posyandu lansia yang ada 38 buah dan yang sudah melaksanakan
senam baru 11 buah (28,9%)dengan tingkat kehadiran peserta aktif berkisar
30% (Dinkes Kabupaten Pacitan,2010).
Perbaikan kualitas hidup dan
penundaan proses penuaan atau perubahan fisiologis pada golongan lanjut usia
dapat dilakukan dengan latihan olahraga, namun bagi kaum usia lanjut harus
berhati-hati dalam menentukan program latihanya, karena di dalam latihan
olahraga senam selain memberikan manfaat tapi juga memberikan resiko atau
dampak(Margatan,1996:100).
KONSEP LANSIA
Pengertian lansia menurut WHO dalam
Depkes RI (1997:2) meliputi :
- Metode age (usia pertengahan) antara usia 45-59 tahun.
- Elderly (usia lanjut) antara 60-70 tahun.
- Old (usia lanjut usia) antara 71-90 tahun.
- Very old (usia sangat tua) diatas 90 tahun.
Birren and Jenner (1997) mengusulkan
untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia social yaitu :
1) Usia biologis yang menunjukkan
kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup atau
mati.
2) Usia psikologis yang menunjukkan
kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada
situasi yang dihadapinya.
3) Usia social yang menunjukkan
kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat pada seseorang
sehubungan dengan usianya.
TEORI PROSES MENUA
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah
terprogram secara genetic, didalam tubuh terdapat jam biologis yang menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi tertentu dan akan berhenti bila kita
meninggal dunia.
Melalui teori ini dapat diterangkan
mengapa tiap spesies memiliki perbedaan harapan hidup. Secara teoritis jam ini
dapat diputar lagi untuk beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit , obat-obatan dan tindakan-tindakan
tertentu. Pengontrolan umur melalui tingkat seluler, yaitu nucleus yang
menentukan jumlah replikasi, kemudian menua dan mati (Darmojo dan
Martono,1999:5).
2) Teori mutasi somatic ( error
catastrophe )
Menurut teori ini menua disebabkan
oleh kesalahan beruntun dalam kehidupan yang berlangsung dalam waktu lama.
Terjadi kesalahan dalam proses
transkipsi (dna menjadi rna) ataupun dalam proses translasi (rna ke sintesa
protein atau enzim). Sehingga akan terbentuk enzim yang salah, dan menyebabkan
reaksi metabolism yang salah, yang akan mengurangi fungsional sel (Darmojo dan
Martono, 1999:6).
3) Teori rusaknya imun tubuh
Mutasi yang berulang-ulang atau
pertumbuhan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
system imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Jika mutasi somatic menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya system imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya, perubahan ini yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa “autoimun”(Darmojo dan Martono,1999:7).
4) Teori kerusakan akibat radikal
bebas
Dikemukakan oleh D.Harman th 1956
konsep molekul radikal bebas sebenarnya ada di dalam tubuh dan menjadi
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur.
Radikal bebas yg terdapat di
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor dan rokok, radiasi, sinar ultra
violet dll dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen
(Setiabudi dan Hardiwinoto, 1999:27).
Pada proses respirasi oksigen
diperlukan untuk pembentukan ATP melalui enzim-enzim respirasi di dalam mitokondria,
dan radikal bebas dihasilkan sebagai zat antara misalnya : superoksida, radikal
hidroksil, dan hydrogen peroksida. Radikal bebas bersifat merusak dan sangat
reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh,
walaupun telah ada system penangkal namun sebagian radikal bebas tetap lolos,
bahkan makin tua makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga proses
kerusakan sel terus terjadi.
5) Teori menua akibat metabolism
Pada tahun 1935, Mekey et al,
memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada Rodentina muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur hewan yang paling terhambat
pertumbuhanya dan dapat mencapai umur 2x lebih panjang umur kontrolnya.
Lebih jauh ternyata perpanjangan
umur tersebut berasosiasi dengan tertundanya proses degenerasi.
Dari penyebab terjadinya proses
menua tersebut adalah beberapa peluang yang memungkinkan kita dapat
mengintervensi supaya proses menua dapat diperlambat yang paling banyak
kemungkinannya ialah mencegah meningkatnya radikal bebas, dengan memanipulasi
system imun tubuh, melalui metabolism.
Di samping itu tidak boleh dilupakan
peran factor resiko yang dating dari luar (eksogen) yaitu factor lingkungan dan
budaya hidup yang salah(Darmojo dan Martono,edisi 2,2000)
Pada proses menua otak akan
mengalami perubahan struktur dan kimiawi yang khas. Otak kehilangan
berpuluh-puluh ribu sel setiap hari dan kehilangan berat, terjadi atrofi girus
di beberapa bagian otak sehingga otak yang menua secara normal akan mengalami
penurunan fungsi. Penurunan fungsi terutama berupa penurunan daya ingat dan
terjadinya kelambatan motorik, persepsi, serta tugas kompleks. Penurunan fungsi
lebih cepat pada hemisfer kanan (fluid intelligence) dibandingkan
hemisfer kiri (crystallized intelligence). Gejala yang paling sering adalah
pelupa karena penurunan daya ingat jangka pendek, penurunan fungsi daya ingat
terutama pada memori non verbal, lupa wajah orang, kesulitan konsentrasi, cepat
beralih perhatian dan kesulitan orientasi ruang, namun demikian perubahan
struktur dan kimiawi ini tidak mengganggu pelaksanaan otak terjadi pertumbuhan
jaringan sel, sel dendrite (nerve cell connection) di beberapa bagian otak pada
40-90 tahun.
Peningkatan kualitas hidup umumnya
dan kualitas otak khususnya pada para lanjut usia dapat diperoleh dengan
memberikan pengayaan lingkungan(enriched enviromment). Stimulasi ini perlu
diberikan untuk meningkatkan fungsi hemisfer kiri dan kanan(Sidiarto
Kusuma,1994:539).
System musculoskeletal pada usia
lanjut mengalami pengaruh berbagai perubahan penuaan endogen dan eksogen.
Contoh pengaruh perubahan endogen adalah osteoporosis dan pengaruh perubahan
eksogen adalah cara hidup, lingkungan. Cara mempertahankan kebugaran jasmani
pada lansia adalah melaksanakan prevensi agar lansia tetap aktif dari segi
jasmani, rokhani maupun social dengan persyaratan irama yang normal, mengurangi
berat badan yang berlebihan, mencegah osteoporosis dan mencegah pemberian
nutrisi yang tidak baik(Hilmy,1994: 546).
KONSEP SENAM
PENGERTIAN
Senam Lansia adalah satu bentuk
latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik
manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik
sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang
teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari
usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan
sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah
menderita(Puslitbang Depkes RI,2003:6).
TUJUAN
Untuk menjaga tubuh dalam keadaan
sehat dan aktif untuk membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran
kesegaran jasmani dan rokhani.
Tujuan lain adalah: >
Memperbaiki pasokan oksigen &proses metabolism.
- Membangun kekuatan dan daya tahan.
- Menurunkan lemak.
- Meningkatkan kondisi otot dan sendi. (Depkes RI,1997:2).
MANFAAT SENAM
1) SEBAGAI PENCEGAHAN
Pada usia 40 tahun keatas senam
sangat baik untuk mengatasi proses-proses degenerasi tubuh. Setelah umur 40
tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik untuk mengatasi
proses degenerasi tubuh, sehingga orang akan kelihatan lebih muda. Kekurangan
gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan baik, otot yang
lemah akan menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan menjadi kelainan
tulang.
2) SEBAGAI PENGOBATAN (KURATIF)
Penyakit yang dapat disembuhkan dan
dikurangi dengan senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM,
kelainan infark jantung, kelainan insufisiensi koroner, kelainan pembuluh darah
tepi, thromboplebitis dan osteoporosis.
3) SEBAGAI REHABILISASI
Dengan senam yang baik akan
mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:
- Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.
- Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan.
- Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya tuntutan (sakit).
PRINSIP-PRINSIP OLAHRAGA PADA LANSIA
1) Komponen kesegaran jasmani yang
esensial dilatih adalah :
> Ketahanan kardio-pulmonal.
> Kelenturan (fleksibilitas).
> Kekuatan otot
> Komposisi tubuh (lemak tubuh
jangan berlebihan).
2) Selalu memperhatikan keselamatan.
3) Latihan teratur dan tidak terlalu
berat.
4) Permainan dalam bentuk ringan
sangat dianjurkan.
5) Latihan dilakukan dengan dosis
berjenjang.
6) Hindari kompetisi-kompetisi.
7)Perhatikan kontra indikasi
latihan:
> Adanya penyakit infeksi.
> Hypertensi sistolik lebih dari
180 mmhg dan 120 mmhg diastolic.
> Berpenyakit berat dan dilarang
dokter.
Latihan fisik untuk usia lanjut
diarahkan pada beberapa tujuan yaitu :
1) Membantu tubuh agar tetap dapat
bergerak.
2) Secara lambat laun menaikkan
kemampuan fisik.
3) Memberi kontak psikologisblebih
luas agar tidak terisolir dari rangsang.
4) Mencegah cedera.
Oleh karena itu sesuai
perubahan-perubahan fisik yang ada lebih diarahkan pada:
1) Perbaikan kekuatan otot.
2) Perbaikan stamina (aerobic
capacity).
3)Perbaikan fleksibilitas.
4)Perbaikan komposisi tubuh yang
rasional ditambah dengan mempertahankan postur yg baik
(Depkes RI,1992:54).
HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI
LANSIA DALAM MELAKSANAKAN SENAM LANSIA,Hadi PS,2005.
-
Cros Sectional desain mengungkapkan bahwa ada hubungan positif yang sedang
antara Pengetahuan dan Motivasi lansia dalam melaksanakan senam.
-
Sumber informasi yang baik mempengaruhi pengetahuan lansia tentang senam
lansia.
-
Perbaikan kualitas hidup dan penundaan proses penuaan dapat dilaksanakan dengan
latihan olahraga yanh teratur dan terukur, dan senam lansia merupakan salah
satu intervensi untuk memperlambat proses menua dengan cara mencegah
meningkatnya radikal bebas dengan memanipulasi system imun tubuh.
-
Factor yang mempengaruhi motivasi lansia untuk melaksanakan senam adalah adanya
fasilitas (sarana dan prasarana) yang memadai, selain program dan media.
-
Motivasi lansia yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif
akan melanggengkan perilaku lansia dalam senam.
MANFAAT SENAM LANSIA TERHADAP KADAR
IgG ,Titin Sukartini,2006.
-
Quasy experiment desain dengan independent T test analisa mengemukakan terdapat
pengaruh latihan senam lansia terhadap kadar IgG.
-
Senam lansia dilakukan 30 menit 2 kali seminggu selama 8 minggu berturut-turut
memberikan efek peningkatan kadar IgG.
-
Aktifitas senam akan membantu tubuh tetap bugar, melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang
berkeliaran dalam tubuh(Sadoso,1998).
-
Olahraga mempengaruhi imunitas seseorang kususnya dapat memperpanjang fungsi
natural killer cells, limfosit T dan B serta monosit atau makrofag.
-
Latihan olahraga mengembangkan kebugaran mental, meningkatkan percaya diri dan
harga diri.
-
Olahraga dapat meningkatkan konsentrasi hormone dalam darah, epineprin,
norepeneprin, growth hormone, endorphin, testosterone, estrogen dan
cortisol(Donovan et al,2001).
-
Senam lansia merupakan gerakan senam yang gerakanya disesuaikan dengan kondisi
anatomi dan fisiologi tubuh lansia.
-
Selain meningkatkan kebugaran juga meningkatkan system imunitas.
-
Pada lansia terjadi peningkatan IL2 dan CD4+ baik fungsi dan jumlah, jika hal
ini di stimulus dengan senam lansia yang teratur dan terukur diharapkan IL2
dapat merangsang Th2 untuk mengeluarkan IL4 dan IL4 akan merangsang Bcell untuk
mengeluarkan Imunoglobulin.
S A R A N
- Lakukan senam lansia dengan jam latihan minimal 30 menit 2 kali dalam seminggu secara teratur dan terukur.
- Latihan senam lansia dapat menjadi program kegiatan olahraga rutin yang dapat dilakukan di posyandu lansia.