Inspirasi

Senin, 23 Juli 2012

Manajemen Kesehatan Manula di Tulakan


PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus manusia dan merupakan proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Berkurangnya ketajaman pancaindra serta mundurnya daya tahan tubuh merupakan ancaman dari integritas orang usia lanjut. Semua itu menuntut hal beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara baik (Darmojo,2000).
Kelemahan karena lanjut usia sering dapat disamakan dengan tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Dalam ilmu Gerontologi ada ungkapan yang berbunyi “Bukannya seseorang tidak mau bergerak karena tua, tetapi seseorang menjadi tua karena tidak mau bergerak”(Sadoso, 1994:558).
UU NO 23 tentang kesehatan pasal 19 mencantumkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuanya agar tetap produktif. Secara alami para usia lanjut mengalami kemunduran-kemunduran baik fisik, biologic, mental maupun sosialnya dan perjalanan penyakit para usia lanjutpun mempunyai cirri tersendiri, yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh(Depkes RI, 1997:1).
Hasil survey Pembuatan Norma Kesegaran Jasmani pada usia lanjut oleh Depkes RI tahun 2002, sekitar 85% lansia masih memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan kardio respirasi dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik/olahraga. Oleh karena itu dipandang perlu memberikan petunjuk melakukan latihan fisik yang baik dan benar, agar para usia lanjut masih dapat berdaya guna, berhasil guna, mandiri, tidak menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara(Depkes RI,2007:1).
Dampak positif dari pembangunan di bidang kesehatan dapat terlihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk yaitu 46,6 tahun di tahun 1971 menjadi 67,5 tahun di tahun 1999. Temuan BPS(1998) di Indonesia penduduk lanjut usia atau populasi masyarakat berumur 60 tahun ke atas pada tahun 1971 terdapat 4,5% dari seluruh jumlah penduduk (5,3 juta jiwa), di tahun 1980 terdapat 5,5% dari seluruh jumlah penduduk (8,0 juta jiwa) dan di tahun 1990 terdapat 6,4% dari seluruh jumlah penduduk (11,3 juta jiwa)(Dep.Sosial RI 1997).
Jumlah lansia di Puskesmas Tulakan Kabupaten Pacitan tahun 2010 sejumlah 5.885 orang dan yang dibina ada 1.371 orang, sedangkan posyandu lansia yang ada 38 buah dan yang sudah melaksanakan senam baru 11 buah  (28,9%)dengan tingkat kehadiran peserta aktif berkisar 30% (Dinkes Kabupaten Pacitan,2010).
Perbaikan kualitas hidup dan penundaan proses penuaan atau perubahan fisiologis pada golongan lanjut usia dapat dilakukan dengan latihan olahraga, namun bagi kaum usia lanjut harus berhati-hati dalam menentukan program latihanya, karena di dalam latihan olahraga senam  selain memberikan manfaat tapi juga memberikan resiko atau dampak(Margatan,1996:100).
KONSEP LANSIA
Pengertian lansia menurut WHO dalam Depkes RI (1997:2) meliputi :
  • Metode age (usia pertengahan) antara usia 45-59 tahun.
  • Elderly (usia lanjut) antara 60-70 tahun.
  • Old (usia lanjut usia) antara 71-90 tahun.
  • Very old (usia sangat tua) diatas 90 tahun.
Birren and Jenner (1997) mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis dan usia social yaitu :
1) Usia biologis yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup atau mati.
2) Usia psikologis yang menunjukkan kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3) Usia social yang menunjukkan kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat pada seseorang sehubungan dengan usianya.
TEORI PROSES MENUA
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic, didalam tubuh terdapat jam biologis yang menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu dan akan berhenti bila kita meninggal dunia.
Melalui teori ini dapat diterangkan mengapa tiap spesies memiliki perbedaan harapan hidup. Secara teoritis jam ini dapat diputar lagi untuk beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit , obat-obatan dan tindakan-tindakan tertentu. Pengontrolan umur melalui tingkat seluler, yaitu nucleus yang menentukan jumlah replikasi, kemudian menua dan mati (Darmojo dan Martono,1999:5).
2) Teori mutasi somatic ( error catastrophe )
Menurut teori ini menua disebabkan oleh kesalahan beruntun dalam kehidupan yang berlangsung dalam waktu lama.
Terjadi kesalahan dalam proses transkipsi (dna menjadi rna) ataupun dalam proses translasi (rna ke sintesa protein atau enzim). Sehingga akan terbentuk enzim yang salah, dan menyebabkan reaksi metabolism yang salah, yang akan mengurangi fungsional sel (Darmojo dan Martono, 1999:6).
3) Teori rusaknya imun tubuh
Mutasi yang berulang-ulang atau pertumbuhan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
Jika mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya system imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya, perubahan ini yang menjadi dasar terjadinya peristiwa “autoimun”(Darmojo dan Martono,1999:7).
4) Teori kerusakan akibat radikal bebas
Dikemukakan oleh D.Harman th 1956 konsep molekul radikal bebas sebenarnya ada di dalam tubuh dan menjadi bertambah sesuai dengan bertambahnya umur.
Radikal bebas yg terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor dan rokok, radiasi, sinar ultra violet dll dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen (Setiabudi dan Hardiwinoto, 1999:27).
Pada proses respirasi oksigen diperlukan untuk pembentukan ATP melalui enzim-enzim respirasi di dalam mitokondria, dan radikal bebas dihasilkan sebagai zat antara misalnya : superoksida, radikal hidroksil, dan hydrogen peroksida. Radikal bebas bersifat merusak dan sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh, walaupun telah ada system penangkal namun sebagian radikal bebas tetap lolos, bahkan makin tua makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga proses kerusakan sel terus terjadi.
5) Teori menua akibat metabolism
Pada tahun 1935, Mekey et al, memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada Rodentina muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur hewan yang paling terhambat pertumbuhanya dan dapat mencapai umur 2x lebih panjang umur kontrolnya.
Lebih jauh ternyata perpanjangan umur tersebut berasosiasi dengan tertundanya proses degenerasi.
Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut adalah beberapa peluang yang memungkinkan kita dapat mengintervensi supaya proses menua dapat diperlambat yang paling banyak kemungkinannya ialah mencegah meningkatnya radikal bebas, dengan memanipulasi system imun tubuh, melalui metabolism.
Di samping itu tidak boleh dilupakan peran factor resiko yang dating dari luar (eksogen) yaitu factor lingkungan dan budaya hidup yang salah(Darmojo dan Martono,edisi 2,2000)
Pada proses menua otak akan mengalami perubahan struktur dan kimiawi yang khas. Otak kehilangan berpuluh-puluh ribu sel setiap hari dan kehilangan berat, terjadi atrofi girus di beberapa bagian otak sehingga otak yang menua secara normal akan mengalami penurunan fungsi. Penurunan fungsi terutama berupa penurunan daya ingat dan terjadinya kelambatan motorik, persepsi, serta tugas kompleks. Penurunan fungsi lebih cepat pada hemisfer kanan  (fluid intelligence) dibandingkan hemisfer kiri (crystallized intelligence). Gejala yang paling sering adalah pelupa karena penurunan daya ingat jangka pendek, penurunan fungsi daya ingat terutama pada memori non verbal, lupa wajah orang, kesulitan konsentrasi, cepat beralih perhatian dan kesulitan orientasi ruang, namun demikian perubahan struktur dan kimiawi ini tidak mengganggu pelaksanaan otak terjadi pertumbuhan jaringan sel, sel dendrite (nerve cell connection) di beberapa bagian otak pada 40-90 tahun.
Peningkatan kualitas hidup umumnya dan kualitas otak khususnya pada para lanjut usia dapat diperoleh dengan memberikan pengayaan lingkungan(enriched enviromment). Stimulasi ini perlu diberikan untuk meningkatkan fungsi hemisfer kiri dan kanan(Sidiarto Kusuma,1994:539).
System musculoskeletal pada usia lanjut mengalami pengaruh berbagai perubahan penuaan endogen dan eksogen. Contoh pengaruh perubahan endogen adalah osteoporosis dan pengaruh perubahan eksogen adalah cara hidup, lingkungan. Cara mempertahankan kebugaran jasmani pada lansia adalah melaksanakan prevensi agar lansia tetap aktif dari segi jasmani, rokhani maupun social dengan persyaratan irama yang normal, mengurangi berat badan yang berlebihan, mencegah osteoporosis dan mencegah pemberian nutrisi yang tidak baik(Hilmy,1994: 546).
KONSEP SENAM
PENGERTIAN
Senam Lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latihan fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Senam merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan sebagai bagian dari program retabilitas bagi mereka yang telah menderita(Puslitbang Depkes RI,2003:6).
TUJUAN
Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran kesegaran jasmani dan rokhani.
Tujuan lain adalah: >  Memperbaiki pasokan oksigen &proses metabolism.
  • Membangun kekuatan dan daya tahan.
  • Menurunkan lemak.
  • Meningkatkan kondisi otot dan sendi. (Depkes RI,1997:2).
MANFAAT SENAM
1) SEBAGAI PENCEGAHAN
Pada usia 40 tahun keatas senam sangat baik untuk mengatasi proses-proses degenerasi tubuh. Setelah umur 40 tahun ternyata olahraga yang bersifat endurance sangat baik untuk mengatasi proses degenerasi tubuh, sehingga orang akan kelihatan lebih muda. Kekurangan gerak juga menyebabkan otot dan tulang tidak tumbuh dengan baik, otot yang lemah akan menyebabkan kelainan posisi badan yang nantinya akan menjadi kelainan tulang.
2) SEBAGAI PENGOBATAN (KURATIF)
Penyakit yang dapat disembuhkan dan dikurangi dengan senam lansia adalah kelemahan/kelainan sirkulasi darah, DM, kelainan infark jantung, kelainan insufisiensi koroner, kelainan pembuluh darah tepi, thromboplebitis dan osteoporosis.
3) SEBAGAI REHABILISASI
Dengan senam yang baik akan mempengaruhi hal-hal sebagai berikut:
  • Memperkuat degenerasi karena telah mengalami perubahan usia.
  • Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan.
  • Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam bertambahnya tuntutan (sakit).
PRINSIP-PRINSIP OLAHRAGA PADA LANSIA
1) Komponen kesegaran jasmani yang esensial dilatih adalah :
> Ketahanan kardio-pulmonal.
> Kelenturan (fleksibilitas).
> Kekuatan otot
> Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan).
2) Selalu memperhatikan keselamatan.
3) Latihan teratur dan tidak terlalu berat.
4) Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan.
5) Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang.
6) Hindari kompetisi-kompetisi.
7)Perhatikan kontra indikasi latihan:
> Adanya penyakit infeksi.
> Hypertensi sistolik lebih dari 180 mmhg dan 120 mmhg diastolic.
> Berpenyakit berat dan dilarang dokter.
Latihan fisik untuk usia lanjut diarahkan pada beberapa tujuan yaitu :
1) Membantu tubuh agar tetap dapat bergerak.
2) Secara lambat laun menaikkan kemampuan fisik.
3) Memberi kontak psikologisblebih luas agar tidak terisolir dari rangsang.
4) Mencegah cedera.
Oleh karena itu sesuai perubahan-perubahan fisik yang ada lebih diarahkan pada:
1) Perbaikan kekuatan otot.
2) Perbaikan stamina (aerobic capacity).
3)Perbaikan fleksibilitas.
4)Perbaikan komposisi tubuh yang rasional ditambah dengan mempertahankan postur yg baik
(Depkes RI,1992:54).
HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI LANSIA DALAM MELAKSANAKAN SENAM LANSIA,Hadi PS,2005.
-          Cros Sectional desain mengungkapkan bahwa ada hubungan positif yang sedang antara Pengetahuan dan Motivasi lansia dalam melaksanakan senam.
-          Sumber informasi yang baik mempengaruhi pengetahuan lansia tentang senam lansia.
-          Perbaikan kualitas hidup dan penundaan proses penuaan dapat dilaksanakan dengan latihan olahraga yanh teratur dan terukur, dan senam lansia merupakan salah satu intervensi untuk memperlambat proses menua dengan cara mencegah meningkatnya radikal bebas dengan memanipulasi system imun tubuh.
-          Factor yang mempengaruhi motivasi lansia untuk melaksanakan senam adalah adanya fasilitas (sarana dan prasarana) yang memadai, selain program dan media.
-          Motivasi lansia yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan melanggengkan perilaku lansia dalam senam.
MANFAAT SENAM LANSIA TERHADAP KADAR IgG ,Titin Sukartini,2006.
-          Quasy experiment desain dengan independent T test analisa mengemukakan terdapat pengaruh latihan senam lansia terhadap kadar IgG.
-          Senam lansia dilakukan 30 menit 2 kali seminggu selama 8 minggu berturut-turut memberikan efek peningkatan kadar IgG.
-          Aktifitas senam akan membantu tubuh tetap bugar, melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh(Sadoso,1998).
-          Olahraga mempengaruhi imunitas seseorang kususnya dapat memperpanjang fungsi natural killer cells, limfosit T dan B serta monosit atau makrofag.
-          Latihan olahraga mengembangkan kebugaran mental, meningkatkan percaya diri dan harga diri.
-          Olahraga dapat meningkatkan konsentrasi hormone dalam darah, epineprin, norepeneprin, growth hormone, endorphin, testosterone, estrogen dan cortisol(Donovan et al,2001).
-          Senam lansia merupakan gerakan senam yang gerakanya disesuaikan dengan kondisi anatomi dan fisiologi tubuh lansia.
-          Selain meningkatkan kebugaran juga meningkatkan system imunitas.
-          Pada lansia terjadi peningkatan IL2 dan CD4+ baik fungsi dan jumlah, jika hal ini di stimulus dengan senam lansia yang teratur dan terukur diharapkan IL2 dapat merangsang Th2 untuk mengeluarkan IL4 dan IL4 akan merangsang Bcell untuk mengeluarkan Imunoglobulin.
S A R A N
  • Lakukan senam lansia dengan jam latihan minimal 30 menit 2 kali dalam seminggu secara teratur dan terukur.
  • Latihan senam lansia dapat menjadi program kegiatan olahraga rutin yang dapat dilakukan di posyandu lansia.
Lakukan senam dengan senang hati untuk memperoleh hasil latihan yang lebih baik yaitu kebugaran tubuh dan kebugaran mental.